Kelas X Bab 10: Sifat Tercela - KangMasroer.Com

Kelas X Bab 10: Sifat Tercela


   MENGHINDARI SIFAT TERCELA
Sifat-sifat akhlak yang baik (akhlakul karimah) banyak dijelaskan Al Quran terutama yang menyangkut perilaku keteladanan Rasulullah Muhammad SAW. Ketika salah seorang sahabat bertanya kepada Siti Aisyah (istri Rasulullah) mengenai bagaimana akhlak Rasulullah itu, Siti Aisyah menngembalikan pertanyaan kepada sahabat nabi tersebut,” Bukankah anda telah membaca Al Quran?” Aisyah kemudian mengatakan bahwa Al Qur’an itu mengandung contoh-contoh tentang akhlak Rasulullah yang sepatutnya dijadikan suri tauladan oleh seluruh umat manusia.Sifat-sifat akhlak yang buruk atau tercela (akhlakul mahmudah) juga telah diungkapkan Al Qur’an agar menjkadi peringatan untuk dapat dijauhi, karena perilaku butuk atau tercela yang dapat merusak iman seseorang dan pada akhirnya akan merusak dirinya serta kehidupan masyarakat. Akhlak buruk itulah selalu ditunjukan oleh kaum Quraisy dahulu untuk memojokkan kebenaran yang disampaikan oleh Rasulullah sebagaimana yang dilakukan oleh tokoh Quraisy, seperti Abu Jahal, Walid bin Mughirah, Akhnas bin Syariq, Aswas bin Abdi Yaqutus, dan lail-lain. Oleh karena itu iman merupakan suatu pengakuan terhadap kebenaran yang harus dipelihara, dan ditingkatkan kualitasnya melalui sikapnya dan perilaku terpuji.

Rasulullsah SAW bersabda:
Artinya:”Iman itu ialah melihat dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengerjakan dengan anggota (perbuatan).” (HR.Bukhari Muslim)

Imam Turmidzi meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw bersabda
      “Malu adalah sebagian dari iman dan iman itu di surga. Sedangkan sikap tidak sopan adalah bagian dari buruknya peringai dan perangai yang buruk adalah di neraka”

      Keimanan seseorang akan rusak atau tidak manfaat apabila seseorang malukukan hal-hal yang dapat mengurangi bahkan merusak keimanannya. Diantara perbuatan yang tercela dan menyebabkan rusaknya keimanan adalah hasud,riya’ dan aniaya.

I.    HASUD 
1.   Pengerian Hasud
Hasud ialah rasa atau sikap tidak senang terhadap kenikmatan atau kebahagiaan yang di peroleh oleh orang lain dan berusaha untuk melenyapkan atau mencelakaka orang lain tersebut
Sifat tercela ini harus dihindari oleh semua orang, khususnya dikalangan generasi muda muslim karena jika sifat hasud ini terus menerus menjadi kebiasaan, tentu akan membawa akibat hncurnya kebaikan dalam diri seseorang akibat bertambahnya sifat rakus, tamak, dendam, serta rasa permusuhan di dalm diri.
Rasulallah Muhammad SAW bersabda :
Artinya : “ Telah masuk kedalam tubuhnya penyakit-penyakit umat dahulu ( yaitu ) benci dan dengki, itulah yang membinasakan agama, bukan dengki mencukur rambut.” (HR. Ahmad dan Tarmudzi)
Dari hadits tersbut diatas, dapat dipahami bahwa hancurnya tau terpecahnya agama menjdi bercerai berai saling membenci, bermusuhan, dan saling merusak disebabkan sifat hasud dan dengki yang berkepanjangan diantara pemeluknya. Dalam hdist lain Rasullulah Muhammd SAW bersabda
Artinya : “Janganlah kami saling mendengki,saling memutuskan hubungan, saling membenci dan saling membelakangi, jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang telah diperintahkan Allah kepadamu. “(HR. Bukhari dan Muslim)
Apabila kita perhatikan dan kita kaji dalil-dalil naqli yang terungkap dalam hadits-hadits Rasulallah SAW bahwa hasud sering terjadi akibat adanya iri hati. Iri hati artinya : ‘ merasa ingin menguasai sesuatu yang dimiliki orang lain karena dirinya belum memiliki dan tidak mau ketinggalan.” Iri hati tidak diikuti dengan perbuatan mencelakakan orang lain tersebut. Iri hati itu ada yang termasuk sifat tercela dan ada yang tidak.
Berdasarkan hadits riwayat Nukhari-Muslim ada dua macam iri hati yang dibolehkan islam, yaitu iri hati kpada orang yang dianugerahi harta yang banyak kemudian harta itu digunakannya untuk hal-hal yang diridhoi Allah dan iri hati kepada orang yang dibri ilmu pngetahuan oleh Allah SWT, kemudian ilmu itu diamalkannya serta diajarkn pada orang lain.
Seseorang yang beriman kepada qada’ dan qadar tentu tidak akan bersikap dengki kepada orang lain yang mempunyai kelebihan karena ia menyadari bahwa hal itu merupakan kehendak dan kekuasaan Allah SWT. Allah SWT berfirman :
Artinya : “ Adakah (patut) mereka iri hati (dengki) kepda manusia (Muhammad) atas karunia yang telah diberikan Allah kepada mereka.” (Qs. An-Nisaa, 4:54)
Setiap muslim atau muslimah wajib hukumnya menjauhi sifat hasud / dengki karena hasud termasuk sifat tercela dan merupakan perbuatan dosa. Allah SWT berfirman :
Artinya : “ Dan jnganlah kami iri hati terhadap apa yng dikaruniakn Allah kepada sebagian kami lebih banyak dari sebagian yang lain.” (Qs. An-Nisa, 4 : 32)
Iri hati merupakan penyakit rohani atau jiwa. Apabila seseorang telah terkena penyakit hati, ia akan jatuh dari ajaran agama, bersikap takabur, suka merendahkan dan meremehkan orang lain.Dia tidak mempunyai rasa malu lagi untuk menjatuhkan orang lain, datang kesana kemari dengan berbagai cara supaya orang yang dihasudnya itu kebahagiaannya lenyap dari mereka bahkan berpindah kepadanya.
Orang yang mempunyai sikap ini, sebenarnya merugikan dirinya sendiri, karena sikap demikian akan selalu merasa tidak puas terhadap berbagai hal, tidak akan dihargai oleh orang lain, takabur, dan membanggakan diri. Makin lama sikap ini melekat pada diri seseorang, akan semakin sakit rohaninya atau jiwanya. Ibarat besi kena karat, semakin lama karat merusak besi semakin hancur besi itu, atau laksana orang minum air laut, semakin bnyk orang tersebut minum akan semakin haus. Semkin lama sifat hasud itu melekat pada diri seseorang, semakin rusk dan semakin tidak puas jiwanya.

2,      Bahaya atau Kerugian yang ditimbulkan oleh Perbuatan Hasud antara lain :
1).  Dapat memutuskan hubungan persaudaraan dan menghapus segala kebaikan yang pernah dilaksanakan.
Rasulallah SAW bersabda :
Artinya : “ Juhkanlah dirimu dari hasud karena sesungguhnya hasud itu memakan kebaikan – kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Daud)
2).  Dapat merusak iman
Rasulallah SAW bersabda :
Artinya : “Dengki (hasud) merusak iman sebagaimana Jadam merusak madu.” (HR. Daelami)
3).  Dapat merusak mental (hati) pendngki itu sendiri, sehingg kehidupan merasa gelisah dan tidak memperoleh ketentraman.
4).  Dapat menimbulkan kerugian atau bencana baik bagi penghsud maupun orang yang dihasud.
     


3. Usaha-usaha  Preventif Perbuatan Hasud
Agar terhindar dri penyakit hasud orang- orng yng beriman diperinthkan untuk :
1).  Memohon perlindungan kepada Allah SWT dari kejahatan pendengki apabila ia mndengki atau menghasud, sebagaimana telah dijelaskan Allah SWT dalam Al-Quran : Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang Menguasai  subuh dari kejahatan mkhluk-Nya, dari kejahatan orang yang dengki (penghasud) apabila ia dengki (menghasud).” (Qs. Al-Falaq ayat 1, 2 & 5)
2).  Menyadari bahwa perbuatan hasud itu termasuk perbuatan tercela dan sangat berbahaya karena sifat tercela itu dapat merugikan orang lain dan dirinya sendiri.
3).  Menyadari bahwa sifat hasud itu merusak amal kebaikan dan dapat menghilangkan pahalanya.
4).  Menumbuhkan sikap jiwa kasih sayang terhadap sesama umat manusia, karena mereka itu mempunyai hak-hak yang harus dihormati oleh setiap orang.
·         Imam muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari jarir bin Abdullah r.a. bahwa Rasulallah SAW bersabda :
Orang yang tidak mempunyai sikap lemah lembut tidaklah mempunyai kebaikan sama sekali.”
·         Abu Daud meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Mughaffal r.a. bahwa Rasulallah SAW bersabda,
Sesungguhnya Allah Maha Lemah Lembut dan menyukai sikap lemah lembut. Dia memberi kepada sikap ini sesuatu yang tidak Dia berikan kepada kekerasan.”
·         Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya dari Aisyah r.a. berkata, “Suatu hari Rasulallah SAW datang ketempat aliran air ini dengan membawa unta dari sedekah yang terikat dilehernya. Lalu beliau bersabda :
“Wahai Aisyah, bertaqwalah kepada Allah dan bersikap lemah lembutlah kepada unta ini. Sesungguhnya sikap lemah lembut jika masuk kedalam sesuatu  maka ia akan memperindahnya dan jika ia meninggalkannya maka sesuatunitu akan menjadi buruk.”
II. RIYA’
1.   Pengertian Riya’

Riya berasal dari kata “ru’yah” yang artinya melihat. Menurut istilah riya’ adalah ibadah seseorang yang bukan karena Allah, tetapi ia ingin dilihat oleh orang lain. Dalam kata lain, riya’ adalah orang yang bermal atau bekerja dengan mengharapkan pujian orang lain.
Imam Al-Hafiz Ibnu Hajar dalan kitabnya Fathul Bari mengatakan bahwa riya’ ialah ibadah yang dilakukan dengan tujuan atau maksud agar dapat dilihat orang lain sehingga memuja pelakunya (ia ingin memperoleh kemasyhuran dan keuntungan dunia). Adapun orang yang berusah untuk memperdengarkan ucapan ibadah dan amal saleh kepada orang lain dengan maksud seperti pada riya’ dinamakan sum’ah (ingin didengar).
Riya’ dan sum’ah termasuk sifat tercela, merupakan syirik kecil yang hukumnya haram dan harus dijauhi oleh setiap muslim atau muslimah. Rosulullah bersabda  :
أَخوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيكُمُ الشِركُ الاَصغَرُ فَسُئِلَ عَنهُ فَقَالَ الرِّيَآءُ (رواخ احمد)

Artinya : Sesungguhnya yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syirik kecil, sahabat bertanya “apakah syirik kecil itu, ya Rasulullah ?” Rasul menjawab “, Riya’ (HR. Ahmad)
Pada Hadis lain Rasulullah SAW Bersabda
Artinya :  Rasulullah SAW bersabda, “Allah Azza Wajalla berfirman pada hari kiamat, yaitu diwaktu sekalian hamba melihat hasil-hasil amalannya : Pergilah kamu kepada semua apa yang kamu jadikan bahan pamer (riya’) di dunia. Lihatlah apakah kamu semua memperoleh balasan dari mereka? (HR. Ahmad dan Baihaki)

2.   Macam-macam Riya’
      Menurut Imam Ghazali, sifat riya’ itu dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagia, yaitu :
1).  Riya’ yang berhubungan dengan keduniaan (ibadah ghoeru mahdah)
2).  Riya’ yang berhubungan dengan ibadah mahdah

         Ria yang berhubungan dengan keduniaan adalah segala jenis usaha seseorang dengan niat di dalam hatinya mengharapkan kedudukan atau pujian dari orang lain, contohnya : kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan sosial kemsyarakat. Sedangkan riya’ yang berhubungan dengan ibadah, yaitu ibadah yang dilakukan oleh seseorang, selain mengharapkan keridoan Allah SWT, ia juga mengharapkan pujian atau sanjungan dari orang lain.
                                 Ditinjau dari brntuknya riya’ ada 2 (dua)
1).  Riya’ dalam hal niat
2)   Riya’ dalam hal perbuatan atau tindakan
Seorang yang mengatakan bahwa ia ikhlas taat kepada Allah SWT, padahal dalam hati yang sebnarnya tidak demikian, maka yang demikian itu tergolong riya’ dalam niat, sdang riya’ dalam perbuatan seperti orang yang berpakaian mewah dengan maksud agar orang lain memujinya. Riya’ dalam ucapan seperti seringnya memberi nasehat kepada orang lain, mengucapkan kata-kata hikmah, sering bertasbih jika dihadapan orang banyak tapi jika sendirian hanya melamun saja dan hal yang dilakukan itu hanya ingin dilihat orang lain bahwa dia itu seorang yang alim, taat beragama, padahal sesunggunya tidak demikian.
Ukuran riya’ atau tidaknya pekerjaan seseorang itu niat atau getaran hati (qalbu) seseorang, sikap ini hanya dia sendiri yang dapat mengukur dan merasakannya, orang lain tidak dapat mengetahui. Sedang ukuran riya’yang kedua pengaruhnya terlihat dalam kegiatan sehari-hari.
Riya dlam hal urusan dunia (ibadah ghaer mahdah) atau riya’ dalam ibadah (mahdah) banyak diungkapkan dalam Al-Quran, diantaranya :

1).  Riya’ dalam perbuatan
          Seperti ketika akan mengerjakan shalat, seseorang tampak memperlihatkan kesungguhan dan kerajinan, namun alasannya karena takut dinilai rendah dihadapan guru atau orang lain. Dia melaksanakan shalat dengan khusyuk dan takut disertai harapan mendapat perhatian dalam QS. Al-Ma’un ayat 4 -7:


×@÷ƒuqsù šú,Íj#|ÁßJù=Ïj9 ÇÍÈ   tûïÏ%©!$# öNèd `tã öNÍkÍEŸx|¹ tbqèd$y ÇÎÈ   tûïÏ%©!$# öNèd šcrâä!#tãƒ ÇÏÈ   tbqãèuZôJtƒur tbqãã$yJø9$# ÇÐÈ   
Artinya :
(1). Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
(2). (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
(3). orang-orang yang berbuat riya
(4). dan enggan (menolong dengan) barang berguna

2).  Riya dalam prilaku

Firman Allah dalan QS. An-Nisa 142


¨bÎ) tûüÉ)Ïÿ»uZßJø9$# tbqããÏ»sƒä ©!$# uqèdur öNßgããÏ»yz #sŒÎ)ur (#þqãB$s% n<Î) Ío4qn=¢Á9$# (#qãB$s% 4n<$|¡ä. tbrâä!#tãƒ }¨$¨Z9$# Ÿwur šcrãä.õtƒ ©!$# žwÎ) WxŠÎ=s% ÇÊÍËÈ   

                                                                                                       
Artinya :  Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya[365] (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali (QS. An-Nisa 142)
Maksudnya: Alah membiarkan mereka dalam pengakuan beriman, sebab itu mereka dilayani sebagai melayani Para mukmin. dalam pada itu Allah telah menyediakan neraka buat mereka sebagai pembalasan tipuan mereka itu.
Riya Ialah: melakukan sesuatu amal tidak untuk keridhaan Allah tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di masyarakat.
Maksudnya: mereka sembahyang hanyalah sekali-sekali saja, Yaitu bila mereka berada di hadapan orang.

 3). Riya’ dalam tindakan
Firman Allah dalan QS. Al-Baqarah ayat 264:


$ygƒr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw (#qè=ÏÜö7è? Nä3ÏG»s%y|¹ Çd`yJø9$$Î/ 3sŒF{$#ur É©9$%x. ß,ÏÿYム¼ã&s!$tB uä!$sÍ Ĩ$¨Z9$# Ÿwur ß`ÏB÷sム«!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# ( ¼ã&é#sVyJsù È@sVyJx. Ab#uqøÿ|¹ Ïmøn=tã Ò>#tè? ¼çmt/$|¹r'sù ×@Î/#ur ¼çmŸ2uŽtIsù #V$ù#|¹ ( žw šcrâÏø)tƒ 4n?tã &äóÓx« $£JÏiB (#qç7|¡Ÿ2 3 ª!$#ur Ÿw Ïôgtƒ tPöqs)ø9$# tûï͍Ïÿ»s3ø9$# ÇËÏÍÈ   

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (QS. Al-Baqarah ayat 264)

3.   Ciri-ciri orang yang berbuat riya’ atau sum’ah
      1)   Tidak akan melakukan perbuatan baik apabila tidak dilihat orang
2)   Amal atau perbuatan baik yang telah ia lakukan sering diungkit-ungkit atau disebut-sebut
3)   Beramal atau beribadah hanya sekedar ikut-ikutan, itupun dilakukan apabila sedang berada di tengah-tengah orang banyak
4)   Amal (perbuatan baiknya) selalu ingin dilihat, diperhatikan ingin mendapat pujian dan ingin didengar orang lain
5).  Terlihat tekun dan bertambah motifasinya dalam beribadah apabila mendapat pujian dan sanjungan, sebaliknya semangatnya akan menurun bahkan menyerah apabila dicela orang
4.   Bahaya atau kerugian yang diakibatkan oleh perbuatan riya” dan sum’ah
1)   Muncul rasa ketidakpuasan terhadap apa yang telah dikerjakannya
2)   Muncul rasa hampa dan gelisah di saat berbuat sesuatu
3)   Mrusak nilai kebaikan dan pahala ibadah, bahkan bisa hilang sama sekali.
4)   Mengurangi kepercayaan dan rasa simpati dari orang lain.
5)   Menyesal melakukan sesuatu apabila orang lain tidak melihat dan memperhatikannya.

III.  ANIAYA
1. Pengertian Aniaya
Aniaya dalam bahasa arab disebut “zalim” yang berarti melampaui batas, melanggar ketentuan, keterlalun atau menempatkan sesuatu permasalahan tidak pada proporsinya.
Aniaya (kezaliman) dapat diartikan sebagai perbuatan yang melampaui batas-batas kemanusiaan dan menentang atau menyimpangdari ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT.
Allah SWT berfirman :
Artinya : “Barang siapa yang melanggar hukum- hukum Allah, merka itulah orang-orang yang zalim.” (Qs. Al-Baqarah,2 : 229)
Aniaya atau zalim termasuk sifat tercela yang dikutuk Allah, dilaknat para malaikat dan dibenci sesama. Aniaya atau zalim termasuk perbuatan dosa yang dapat menjatuhkan martabat pelakunya dan merugikan pihak lain.
2. Macam-macam Aniaya
Sikap dan perilaku aniaya atau kezaliman, dapat terjadi terhadap Allah SWT, terhadap diri sendiri, terhadap orang lin dan terhadap alam sekitar atau lingkungan.
1).  Aniaya (zalim) terhadap Allah SWT.
Kezaliman terhadap Allah SWT, yaitu tidak adanya pengakuan yang jujur, keimanan yang benar, bahwasanya kita manusia telah diciptakan Allah SWT untuk menjadi “Abdullah” (hamba Allah) dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun dan sebagai “Kholifatullah” (Khalifah Allah) yakni pengatur, pengelola dan pemakmur alam jagadraya ini dengan segala ktentuan dan aturan yang telah Allah SWT tetapkan dalam Al-Quran dan Sunnah-Nya. Apabila kita tidak mengikuti ketentuan tersebut berarti kita telah tergolong kepada orang yang telah berbuat aniaya (zalim) terhadap Allah SWT.
Allah SWT berfirman :
Artinya : “Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” (Qs. Al-Maidah, 5 : 45)
2).  Aniaya (zalim) terhadap diri sendiri
Aniay terhadap diri sendiri misalnya mmbiarkan diri sendiri dalam keadaan bodoh dn miskin, karena malas, meminum minuman keras, menyalah gunakan obat-obatan terlarang (narkoba), menyiksa diri sendiri dan bunuh diri (sebagai akibat dari tidak mensyukuri nikmat pemberian Allah SWT)
Allah SWT berfirman :
Artinya : “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dengan tanganmu kepada kecelakaan, dan berbuat baiklah karena swesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. Al-Baqarah, 2 :195)
3).  Aniaya (zalim) terhadap sesama manusia
Aniaya terhadap sesama manusia seperti ghibah (mengumpat), naminah (mengadu domba), fitnah, mencuri, merampok, melakukan penyiksaan dn melakukan pembunuhan, berbuat korupsi dan manipulasi.
Allah SWT berfirman :
Artinya :’......Dan janganlah kamu berbuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.” (Qs. Hud, 11 : 85)
Rasulallah SAW dalam haditsnya bersabda :
Artinya : “Barang siapa yang merampas hak orang muslim lainnya, dengan sumpahnya Allah mewajibkan neraka dan mengharamkan surga baginya. Salah seorang sahabat bertanya, “Walaupun hanya merampas sesuatu yang sederhana, ya Rasulallah?” Nabi bersabda: “Walaupun hanya sepotong kayu urok.” (HR. Bukhari)
4).  Aniaya (zalim) terhadap alam (lingkungan)
Berbuat zalim terhadap alam adalah merusak kelestarian alam, mencemari lingkungan, menebang pepohonan secara liar, menangkap dan membunuh binatang tanpa mengindahkan aturan, sehingga akibat dari perbuatan itu dapat mrugikan alam dan merugikan masyarakat.
Allah SWT berfirman :
Artinya : “Janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi.”(Qs. Al-Baqarah,2 :11)
Artinya : “Telah terjadi kerusakan di darat dan di laut, karena usaha tangan manusia supaya merasakan kepada mereka sebagai akibat kerja mereka, supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Qs. Ar-Rum, 30 : 41)

3.   Bahaya dan Keburukan Perbuatan Aniaya
Adapun bahaya dan keburukan sebagai dampak dari perbuatan aniaya (zalim)  dapat menimpa pelaku (penganiaya), orang yang dianiaya, dan masyarakat.
1).  Bahaya / Keburukan yang akan dialami oleh Penganiaya antara lain :
2).  Hidupnya tidak akan disenangi, melainkan dijauhi bahkan dibenci masyarakat. Allah SWT berfirman dalam Qs. Al-Mu’minun :18 !
3).  Hidupnya tidak akan tenang, karena dibayangi rasa takut.
4).  Mencemarkan nama baik dirinya, dan keluarganya
5).  Mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatan aniaya yang dilakukannya.
6).  Mendapat siksa dengan dicampakkan kedalam api neraka (lihat Qs. Al-Maidah, 5 : 39)
7).  Dalam kehidupannya tidak akan mendapat pelindung atau penolong. Lihat firman Allah SWT dalam Qs. As-Syura ayat 8!
Artinya : “Tiadalah bagi orang zalim itu pelindung atau penolong.” (Qs. Asy-Syura ayat 8)

4.   Bahaya / Keburukan yang akan dialami oleh yang dianiaya dan masyarakat, diantaranya :
1). Ketenangan dan ketentraman dalam hidupnya terganggu.
2). Menumbuhkan keresahan dan kekerasan di masyarakat.
3). Mengalami kerugian dan bencana, baik berupa kehilangan harta benda, penganiayaan terhadap fisik mental bahkan sampai kehilangan jiwa.
4). Semangat dan gairah kerja bik prindi maupun masyarakat akan menurun, karena dibayangi rasa takut terhadap perbuatan-perbuatan jahat orang zalim.
5). Allah SWT akan menurunkan azabNya, apabila kezaliman di suatu negri atau suatu kelompok msyarakat sudah meraja lela. Allah SWT berfirman dalam Qs. Yunus ayat 13 :
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu, ketika mereka berbuat kezaliman.” (Qs. Yunus,10 :13)

5.   Upaya Prefentif untuk Menghindari diri dari perbuatan Aniaya
Setiap insan wajib berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjauhi perbuatan aniaya (zalim). Diantara usaha tersebut antara lain :
1).  Kesadaran akan eksistensi diri untuk selalu berbuat baik, ramah, dan sopan santun terhadap semua makhluk Allah ! Rasulallah Saw bersabda :
Artinya : “ Sesungguhnya Allah SWT mewajibkan berbuat baik kepada segala sesuatu. Bila kamu membunuh, baik-baiklah cara membunuhnya. Bila kamu menymbelih binatang, baik-baiklah cara menyembelihnya. Hendaklah salah seorang diantara kamu menajamkan pisaunya, dan hendaklah ia mempercepat mati binatang sembelihnnya.” (HR. Muslim).
2).  Berusaha menegakan keadilan dan kebaikan terhadap diri sendiri, orang lain dan masyarakat. Allah SWT berfirman :
Artinya : “ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu supaya berlaku adil dan berbuat kebaikan.” (Qs. An-Nahl, 16 : 90)
3).  Meningkatkan kehati-hatian bahwa segala bentuk perselisihan, permusuhan, kedengkian dan peruskn trhadp sesama manusia dan alam semesta pad akhirnya dpat merugikan diri sendiri.
4).  Meningkatkan kesadaran bahwa manusia itu tidak dapat berdiri sendiri, memerlukan bantuan dari orang lain dan bantuan dari alam. Apabila mereka dirugikan akibat perbuatan zalim yang pernah dilakukan kita, mereka pun akan menjauhi dan tidak menutup kemungkinan mereka balik menzalimi.
5).  Meningkatkan kesadaran bahwa sebenarnya manusia telah banyak melakukan kezaliman, kurang patuh pada orang tua, salatpun terkadang tidak tept waktu dn lainnya. Hal ini jangan sampai ditambah lagi dengan kezaliman yang lainnya. Oleh karena itu kita senantiasa memohn kepada Allah SWT supaya dijauhkan dari sifat-sifat demikian. Allah SWT dalam firmannya :
Artinya : “ Ya Tuhan, kami telah menganiaya diri kami sendiri dn jika Engkau  tidak mengampuni kami dan membri rahmat kepada kami, pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Araf, 7 : 23)
 
Rangkuman
Ø  Hasud berbeda pengertiannya dengan iri hati, iri hati adalah merasa ingin menguasi sesuatu yang dimiliki orang lain, karena dirinya belum memiliki dan tidak mau ketinggalan. Iri hati tidak di ikuti oleh perbuatan mencelakakan dan iri hati itu ada yang dilarang dan ada yang dibolehkan. Hasud ialah rasa sikap tidak senang terhadap kenikmatan yang diperoleh orang lain dan berusaha menghilangkannya atau mencelakakan orangnya. Dengki (hasud) termasuk sifat tercela perbuatan dosa yang wajib di jauhi oleh setiap muslim/ muslimah.
Ø  Riya’ adalah memperlihatkan suatu ibadah dan amal saleh kepada orang lain bukan karena Allah, tetapi karena sesuatu selain Allah. Sedangkan memperdengarkan ucapan ibadah dan amal seleh kepada orang lain dengan maksud seperti riya disebut sum’ah. Riya’ dan sum’ah termasuk sifat tercela, syirik kecil yang hukumnya haram dan harus dijauhi oleh setiap muslim/ muslimah. Riya’ bisa terdapat dalam urusan keagamaan dan dalam urusan keduniaan. Riya’ akan mendatangkan kerugian dan bencana.
Ø  Aniaya (zalim) ialah sikap dan berperilaku tidak adil aniaya atau bengis yaitu suatu tindakan yang tidak menusiawi yang bertentangan dengan hak sesama manusia. Aniaya (zalim)termasuk sifat tercela yang hukumnya haram dan akan mendatangkat kerugian (bencana) di dunia maupun akhirat.

0 Tanggapan untuk "Kelas X Bab 10: Sifat Tercela"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel